LELAKI SUCI DAN WANITA PEMIKAT
Saudaraku di Jogja berkabar bahwa dia sedang bikin sayur tujuh warna, yaitu sayur lodeh dengan bahan tujuh macam : kluwih, kacang panjang, terung, kulit mlinjo, waluh, daun mlinjo muda, dan tempe.
Sebagai warga Jogja, dia sedang menaati perintah Rajanya. Raja Jawa sedang berbicara dengan perlambangan. Dengan sayur tujuh warna warga Jogja diminta untuk mengolah berbagai laku di lentera rumah , yakni berlapang dada dan bersyukur dengan bersedekah, menjaga bakti kepada orang tua, meningkatkan belas kasih kepada sesama, selalu mawas diri atau berintrospeksi, merawat dan selalu menjalankan nasihat leluhur, menjaga nama baik orang tua dengan merawat ikatan saudara, dan bertobat dengan memantapkan ibadah untuk keselamatan di dunia dan akhirat.
Saya bukan warga Jogja, tapi saya orang Jawa. Saya bisa membayangkan betapa nikmatnya sayur Jawa tujuh warna itu apalagi bila disantap setelah beberapa hari bersama sambal tomat dan krupuk. Tapi saya juga bisa membayangkan betapa tidak mudahnya mengolah tujuh laku itu dalam hidup sehari-hari.
Ya, itulah cara simbolik orang Jogja menghadapi pagebluk. Ikhtiar menghadapi pagebluk memang bukan hanya persoalan lahir, tapi juga urusan batin.
Oleh karena itulah sejak zaman mitologi, dalam menghadapi pagebluk selalu dicari orang-orang linuwih yang memiliki pengetahuan dan kemampuan tingkat tinggi karena pencipta pagebluk ini umumnya pengikut setan yang ilmunya juga tingkat tinggi.
Dari dunia perlambangan, saya selalu ingat begawan sakti yang banyak
informasi dan pengetahuan mampu mengatasi pagebluk yang pernah melumpuhkan tanah India ini.
Kesaktiannya maha tinggi berkat didikan ayahnya yang juga begawan sakti. Untuk kesaktiannya itu, oleh ayahnya, dia dibawa ke hutan dan tak diperkenalkan seorang manusia pun.
Ayahnya adalah satu-satunya manusia yang ia kenal. Karena laku bertapa sejak bayi yang dijalaninya dengan ajaran keras ayahnya itu, begitu muda, raja dan seluruh tanah India telah mengharap kesaktiannya untuk menghadapi pagebluk yang sedang terjadi.
Tapi begawan muda sakti itu selalu dalam perlindungan dan penjagaan ayahnya sehingga orang tak pernah menemukannya. Raja tak kurang akal. Ia mengirim seorang gadis berperahu gethek yang selalu berbolak-balik dan mandi di sungai dekat pertapaan begawan muda sakti ini.
Begawan muda lama-lama tertarik melihat gadis ini karena tubuhnya neh, berbeda dengan dirinya dan ayahnya. Lalu mereka saling dekat.
Gadis inilah yang akhirnya berhasil membawa begawan muda itu menghadap Raja. Begawan muda inilah yang lalu membersihkan pagebluk di seluruh tanah India saat itu.
Raja lalu menikahkan anaknya dengan begawan muda itu. Raja yang sudah tua lalu turun tahta dan mengangkat begawan muda menjadi raja.
Begawan muda yang menjadi raja akhirnya juga menikahi gadis yang tadi menggodanya di sungai itu. India pun lalu kembali damai saat itu. Begawan muda itu bernama Riyashringga.
Mungkin sayur tujuh warna yang sekarang sedang dihidupi di Jogja itulah penangkal pagebluk yang dipakai Riyashringga. Sebelum menjadi kepulauan, Jawa pernah menyatu dengan India. Mungkin India justru di Jawa sekarang.
Semoga semua mendapat lentera sehat dan baik-baik saja.