BATHARA KALA DAN BIDADARI
“Apakah aku nyata?” tanya Bathara Kala kepada penonton. “Tak apa kalian tak percaya bahwa aku nyata, tapi cucu-cucumu percaya. Kakek nenek kalian juga percaya. Yang penting jangan berprasangka pada kemunculan saya. Saya tak hendak membela siapa-siapa. Saya amat tak meyakinkan untuk jadi pembela. Saya dari dunia maya.”
Bidadari Dewi Umayi sedang mandi di kali yang kini jadi tempat wisata Indonesia. Bayangkan ada bidadari mandi di kali, lelaki mana yang tak mengubah niat dari tak sengaja menoleh menjadi sengaja melihat?
Dewa rajanya dewa saja tak mampu mengendalikan diri. Begitulah yang terjadi pada Mahadewa Syiwa hingga ada yang menetes dari dirinya.
Tetesan jatuh ke kali tepat di kedua tangan Dewi Umayi yang mengambil air hendak berkumur. Tapi bidadari itu tak sempat melihatnya. Hendak hati hanya berkumur, tapi air malah tertelan dan Dewi merasakan air yang berbeda dari biasanya.
Dewi pun tiba-tiba kumau info merasakan gejolak dan geliat di perutnya. Wajahnya berubah jadi raksesi, raksasa perempuan, yang menyukai kegelapan, bau busuk, dan darah. Dewi Umayi yang cantik berubah jadi Bathari Durga.
Tak lama lalu ia melahirkan Bathara Kala, raksasa yang amat menakutkan yang selalu minta jatah makan daging anak manusia, anak-anak ontang anting, anak-anak sukerta, dan lainnya.
Orang lalu menyiasatinya bikin pertunjukan wayang Meruwat Kala, agar Bathara Kala sibuk ikut menonton dan tak jadi memakan anak-anak itu.
Orang lalu menyimpulkan Nitis, Netes (baca e seperti pada teteh), Netes (baca e seperti pada perut) yang tidak pada tempatnya, yang tidak berada dalam garis lurus , menyimpang dan berbelok dan tidak sesuai ajaran akan melahirkan Bathara Kala, maharaksasa itu.
Orang lalu berusaha menyelamatkan keturunan keluarga nya dengan mengikuti garis lurus, dengan menikahkan anak-anaknya, agar cucu-cucunya tidak lahir menjadi Bathara Kala.